Slide

Senin, 17 Oktober 2011

Sekeping pelangi dan beloved june 11st


Sekeping pelangi dan beloved june 11st by Sabirin Saiga on Monday, 17 October 2011 at 07:18 Khoiruzzaman Kaswan untuk teman baru ku , yang mudah2n bisa membantu ku, dalam bidang tulisan, yang juga sy harap bisa memperkenalkan tulisan saya dengan penrbit yang ada di jogja, berikut sy tag kan karya saya mudah2n anda suka, mohon bantuan nya teman :) SEKEPING PELANGI Sore itu badai besar menerpa kediaman septio, seperti angin yang mampu melumpukan gagahnya pohon beringin dengan kegagahn tubuhnya. Melunturkan kebesaran gunung yang menghadang langit, meluncurkan deras air mata dari kedua bola mata sipit milik septio. Ia mendapat kabar mengenai keadaan tubuhnya, hingga membuat ia tak mampu membinbing kesadarannya. Ia tergelatak bagai mayat korban tabrak lari yang tak bertuan bahkan tak berkartu identitas. Setelah ia harus kehilangan kedua penopang pijakan langkah nya didunia, ya kaki nya harus di amputasi karena diabetes yang telah menjamur dalam diri nya. Ia benar-benar jatuh, tidak mampu melihat terangnya kenyataan hidup. Kehidupan seperti musuh nyata bagi septio, bagai elang yang kehilangan kemampuan untuk terbang, yang tak mampu lagi menyombongkan diri nya pada awan yang tenang di langit, tak mampu lagi membuat ikan takut untuk menampakan dirinya dipermukaan air, ya seperti itu lah kegamangan perasaan nya hingga ia sering kali untuk memilih jalan pintas yang ia pikir dengan jalan itu lah dia bisa tenang, terbebas dari jeritan hidup yang terus memanggil nya dengan sebutan sicacat tanpa kaki, hingga ia tersadar dia memiliki teman sepermainan yang luar biasa, yang sudah dari delapan belas tahun lalu setia hadir dalam waktu septio, entah itu kegirangan yang menghasilkan senyum lebar di wajah oriental nya, dan juga luka yang membuat air mata nya terpaksa mengalir bebas di pipi nya. Isna, gadis berkulit putih dengan perawakan sedang, yang paling mengerti kondisi septio. Isna selalu memberi pengertian yang baik kepada septio, hingga ia benar-benar diakui didunia ini sebagai manusia yang normal, yang tetap memiliki kedua kaki, yang mampu berjalan jauh mengikuti penunjuk arah disetiap persimpangan jalan. Bagi septio isna tak kalah dengan motivator-motivator kondang yang penuh dengan jadwal tampil memberi kata-kata pencerah untuk para pendengar setia nya, yang juga haus akan semangat hidup seperti septio. “sep, tuhan itu telah menulis kan dengan indah tentang kehidupan kita, termasuk aku dan kamu sep, jadi jangan kamu rusak keindahan nya dengan jalan mu yang salah sep” Genangan terjadi di ke indahan mata septio, memerah, mulut nya tak tergerak untuk bergeming, bergetar, jantungnya berdebar seakan menanti sesuatu yang akan mengejutkannya, hingga akhirnya ia menangis dengan lusuh karena sesal, karena tindakan salah yang hampir saja akan menulis cerita akhir dalam kisah kehidupannya. Air hening pembersih tinta buram dalam serpihan langkah hidup si septio itu, telah kembali bermuara dengan membawa kabar gembira, membawa kebaikan dalam setiap rintik nya, pencerah, penenang, penyejuk, hingga membawa septio pemuda setengah putus asa itu kembali pada titik kemulian hidup nya. Septio yang telah mendapati hidup nya tersempat dalam kepekatan, kini telah beransur menapaki kembali jejak kehidupan nya dengan langkah yang benar, dan penuh dengan kegarangan semangat di setiap tapak nya. “isna, terimakasih, aku akan terus seperti ini, terus bersemangat, terus mengubar tantangan di setiap dorongan kursi roda ku” Isna tersenyum simetris, menandakan ia gembira karena telah mendapati septio seperti dulu, bahkan sangat luar biasa dengan keadaannya yang tanpa kaki. Awan putih semakin kokoh di ujung langit sana, seakan mempertontonkan kekuasaannya pada siapa saja yang berani menatatap nya dengan mata yang lepas. Perumpamaan ini boleh di bilang cocok untuk septio saat ini, ia sungguh berani, menantang hidup dengan jeritan yang lepas, sungguh bersemangat, entah ada atau tidak keraguan dalam diri nya, yang ia tahu hanyalah bagaimana ia menjadi pemberi manfaat. Hal ini, tak lepas dari dukungan teman sepermainannya, isna, pemberi bongkahan kebenaran, yang kemudian isna sendiri yang membantu septio untuk membentuk bongkahan tersebut menjadi bangunan kebaikan yang utuh. Isna sosok yang dimata septio sangat menginspirasi diri nya, bagaiamana tidak, isna yang sedari pertama diri nya menjelma didunia ini, tak pernah menatap tatapan penuh sayang kedua orang tua nya, tapi tetap saja semangat dalam setiap detik kehidupannya, senantiasa menanam kebaikan dimana pun ia menginjakan kaki nya, bak cahaya yang mampu menggantikan matahari di kala siang, itu semua karena kebaiakannya. Septio sangat berangan-angan menjadi seorang penulis, ia ingin menulis kan kisah langkah nya dalam paper yang ia harap banyak orang yang akan mengetahui kemudian mengenang diri nya, pemuda cacat yang sempat ingin menghabisi diri nya sendiri. Isna, orang pertama yang mendukung septio, juga orang pertama yang sangat menginspirasi diri nya dalam setiap kata-kata yang ditulis septio dalam paper nya. Kepingan pelangi, itu lah judul novel yang sudah seperempat berhasil septio tulis. Semakin lama semakin mesra saja septio dengan pena nya, terus menulis, lagi, dan lagi. Seperti malam yang selalu membarengi siang, kutipan-kutipan indah yang tak lupa harus ditulis dari mana sumber nya, dia, isna tak lepas dari tulisan septio, septio menuliskan sesuatu tentang isna, ia mengibaratkan isna seperti kupu dan juga kumbang yang sigap dalam menebar benih dalam perkawinan silang dari satu bunga ke bunga lainnya, penebar itu lah kata kunci nya, isna itu penebar kebaikan, penebar senyum, juga penebar segala sesuatu yang menginspirasi diri nya. Hingga akhir nya, tiga minggu berlalu sama sekali tak terjadi percakapan bahkan berpapasan muka pun tidak antara septio dan isna. Septio menghentikan tulisannya, kata-kata indah nya terperangkap dalam imajinasi nya yang sangat sulit ia bebaskan, ia bagaikan layangan yang tidak terhembus oleh angin, tak mampu terbang. Ia kehilangan sumber inspirasi nya selama itu. Biasa nya septio bisa menulis cukup hanya dengan menerima pesan singkat dari isna, tapi selama itu pesan singkat itu tak kunjung mengisi kotak masuk di telepon genggam nya. Baru di minggu ke lima, kabar dari isna menghampiri septio, melalui panggilan lah kabar itu septio terima, dengan nomor telepon yang sebelumnya tak pernah septio ketahui. Septio terperanjak lemas, gemulai tangannya terjatuh dari kesadarannya, jantung nya berdetak tak seperti biasa nya, cepat, penuh dengan tekanan kesedihan. “selamat pagi sep, maaf kalau aku gak ngasi kamu kabar, lima minggu yang lalu aku memutuskan untuk pergi ke semarang, aku mendapat kabar kalau disanalah orang tua ku berada, namun aku mendapat musibah sep, aku kerampokan, sekarang semarang semakin jauh ku rasa, aku takut sep, tapi kamu jangan khawtir dengan aku sep, aku akan baik-baik saja dalam perjalanan ku, mudah-mudahan kita akan ketemu lagi sep, o iya sep tulisan kamu gimana ? tit.. tit.. tit…” Belum sempat septio membalas percakapan isna, telpon telah terputus, septio bergumang dengan kesedihan, hati nya bak terhentak pisau yang tajam lalu melukai nya, entah ia akan kehilangan isna untuk selama nya atau tidak, namun hati nya sangat bersedih, menagis dalam kepenuhan hari, ia mulai terselimuti lagi dengan keputus asaan. Tulisan nya terbengkalai untuk waktu yang lama. Keadaan septio pun kembali memburuk, ia kehilangan semangat hidup nya, untuk beberapa saat. Saat dingin malam mulai mengikat tubuh mungil septio, yang kemudian mengantarkan nya dalam alam mimpi yang damai, ia terjerembak lalu menyadarkannya dan membawa nya di alam nyata, ia bermimpi, isna menghampiri nya dalam keadaan yang indah, menagih tulisan nya. Septio menangis, kerinduannya terhadap isna telah menghadirkan sosok isna dalam mimpi nya, septio semakin jadi menangisi diri nya sendiri, karena ia telah lupa dengan tulisan yang hendak ia persembahkan untuk sahabat kecil nya itu. Enam bulan sudah “kepingan pelangi”tak mempunyai cerita lanjutan, kisah nya terhenti di bagian tiga belas dengan judul “Dia Itu Sahabat Kecil Ku”. Sekarang septio telah terbakar lagi dengan semangat nya, berkobar bagai si jagoan merah yang melahap habis seluruh ruko milik pedagang. Dalam waktu dua minggu “Kepingan Pelangi” pun rampung, sekarang waktu nya untuk septio mulai mengembara dengan mengirimkan tulisan nya itu ke berbagai penerbit. Pekikan kegembiraan semerta-merta terucap dari bibir mungil septio, letupan kembang api penuh warna terekspresi dengan bebas di hati nya, novel yang ia buat berhasil menarik hati salah satu penerbit. “Kabar gembira,, kabar gembira…..” “Untuk mu isna….” Teriakan lepas septio pada langit yang memandang nya dengan penuh kagum, juga pada bintang malam yang juga turut menghiasi senyum nya. “Sahabat kecil ku, entah dimana pun saat ini kau berada, entah engkau menyaksikan ku atau tidak, entah engkau merasakan atau tidak angin keberhasilakn ku ini, ku kira jawaban nya iya, karena ini ku buat dan ku persembahkan untuk mu, isna sahabat ku yang penuh inspirasi, telah ku sampaikan banyak kebaikkan mu dalam novel ku ini, jadi aku yakin kisah baik mu tak akan berakhir.” Ucap septio dalam hati. Isna kamu itu Kepingan Pelangi. Selesai………….. inicerpen sy yang kedua Beloved June 11st Sebelas juni telah membuat kehidupan andi berubah, mebuat semua yang ia rasakan menjadi semakin sempurna. Sebelas juni, ya itu lah hari keberhasilan untuk nya menemukan wanita yang telah berhasil membuat andi jatuh cinta. Membuat ia terpaksa menghayal selama tiga bulan sebelum angannya tersebut menjadi nyata. Isna, wanita istimewa bagi andi. Wanita yang telah menjadi kehidupan keduanya sejak tanggal sebelas juni. Hari-hari andi sejak saat itu terasa begitu istimewa, sampai pada saat usia pacaran mereka memasuki tahun ke dua, sebuah insiden mengejutkan andi. Kejadian tersebut terjadi pada malam yang telah di rencanakan andi sebagai kejutan untuk isna, ia berencana melamar isna malam itu. Ia mengajak isna di suatu tempat yang sangat di sukai isna, di sebuah cafĂ© yang letak nya tepat ditepian sungai. Ia berharap malam itu isna akan menjadi tunangannya, tapi kenyataan begitu menyakitkan untuk andi, isna pingsan di tengah pembicaraan mereka. Andi bergegas membawa isna ke rumah sakit dengan bantuan tamu yang lain. Isna koma selama tiga hari. Dokter mendiagnogsa kalau isna mengidap penyakit komplikasi kanker darah dan jantung. Remuk perasaan andi harus melihat keadaan pujaan hati nya seperti itu. Isna hanya mampu terbaring tak berdaya tak mampu memandangi indahnya dunia untuk beberapa saat. Sampai pada hari ke empat, isna pun siuman, namun masih dengan kondisi tubuh yang lemah. Sayangnya andi tak menyaksikan saat isna mulai siuman, andi harus mengurus beasiswa S2 yang ditawarkan untuk nya. Siangnya andi baru mendapat kabar tentang keadaan isna, ia langsung menuju rumah sakit tempat isna dirawat. Senyum manis isna pun kembali terpancar, yah walau sedikit buram, tapi itu sudah mampu membuat andi hening dalam kasih yang diberikan isna. Isna kembali memberi wajah yang ceria seperti sedia kala, seakan-akan dia bukan lah penderita penyakit yang mematikan. Itu lah yang membuat hati andi tertunduk kagum dengan sosok wanita seperti isna. Tegar dan tetap anggun dalam masalah yang dihadapi nya walaupun ini mengenai hidup dan mati nya. Sungguh andi tidak punya alasan untuk berpikir meninggalkan isna. Meniggalkan sosok yang baik untuk diri nya yang telah membuat pribadi nya damai dan selalu positiv untuk hidup. Andi senantiasa mendampingi isna, dengan kondisi isna yang tidak seperti orang lainnya yang bebas dalam beraktivitas. Isna sangat tergantung dengan obat-obatan yang harus diminumnya setiap hari. Ia juga sering pingsan lantaran terlalu capek atau terlalu banyak berpikir. Suatu saat isna mulai jenuh dengan kondisi kehidupannya, ia sempat mencoba untuk bunuh diri dengan meminum obat nya tidak sesuai anjuran dokter, akibat mulutnya harus mengeluarkan buih putih yang kental, beruntung andi berkunjung ke rumah isna tepat pada waktu nya, isna masih bisa diselamatkan. Saat dalam penjagaan andi, isna terbangun dari pingsannya, andi, isna sayang andi, andi terkejut sampai ia tidak mampu menahan aliran air mata nya, menagis, andi menagis mendengar ucapan isna. Isna takut , isna tidak bisa lagi memeluk erat tangan andi dengan kasih isna. Isna takut posisi isna akan tergantikan oleh wanita lain. Entah firasat apa yang membuat isna berbicara seperti itu. Isna, isna tenang ya, isna bakalan baik – baik kok, isna akan seperti dulu. Isna jangan takut posisi isna di hati andi tak akan tergantikan. Andi tidak akan lari dari hati isna. Ucap andi tidak untuk sekadar menenangkan isna. Tapi memang seperti itu yang andi rasakan untuk wanita yang satu ini. Isna tersenyum dengan air mata nya. Ditengah keadaan yang belum begitu baik, andi mendapat kabar gembira, proposal beasiswa nya diterima. Ia pun bisa melanjutkan pendidikan S2 nya di negri kangguru, Australia selepas ia menyelesaikan pendidikan S1 nya nanti. Kabar itu juga menjadi kabar gembira untuk isna, ia tahu andi memang sudah lama memimpikan untuk bisa menlajutkan pendidikan di Australia. Keadaan isna belum begitu membaik, ia masih tergantung dengan obat-obatan yang harus diminumnya setiap hari. Hingga saat ini andi telah berhasil menyelesaikan pendidkan S1 nya. Hari wisuda pun tiba, ada kesedihan ditengah kegembiraan tersebut. Andi bergembira karena ia telah menyelesaikan pendidikan S1 nya dan bisa segera melanjutkan pendidikan nya di Australia. Tapi ia juga bersedih karena terpaksa meninggalkan isna sendiri ditanah air. Isna pun merasakan sama seperti andi, isna menagis dalam senyum nya. Selamat ya calon suami ku, kamu telah berhasil dan sekarang pendidikan mu jangan sampai berhenti sampai disini. Lanjutkan dan pergi lah ke Australia, disini aku akan baik-baik saja, dan akan terus menunggu mu. Andi menatap mata isna disana ada usaha untuk menutupi kesedihan hati nya. Berusaha tegar, andi tersenyum dan berbicara, ia calon istri ku, isna baik-baik ya, nanti setelah pendidikan andi selesai andi akan segera kembali ketanah air, dan andi akan segera menikahi isna. Isna yang sabar ya. Senyum pun saling berbalas antara andi dan isna. Waktu itu pun tiba, andi harus segera berangkat ke Australia, meninggalkan tanah air, juga meninggalkan kehidupan kedua nya, isna. Isna turut mengantar andi sampai di bandara saat itu. Berat nian hati isna saat melepas kepergian andi, tangannya seakan tak ngin dilepas dan terus menggenggam jemari andi. Ia seakan punya firasat buruk kalau ini adalah saat terakhir ia dapat menggengam tangan andi. Air mata kesedihan dan kegembiraan terus mengalir dari kedua bola mata sempurna milik isna, tangisannya berisi harapan untuk suatu saat ia dapat bertemu dan bersama andi lagi. Andi pun meninggalkan tanah air juga meninggalkan isna seorang diri. Tapi ini andi lakukan untuk dapat menghidupi isna dengan layak nanti saat mereka sudah menikah. Untuk beberapa jam kemudian, andi tiba di Australia, dan memulai langkah pertamanya. Ia segera berkirim kabar via faccebook kepada isna, andi bilang “aku sudah tiba sayang, disini dingin sekali, isna yang sabar ya. Andi sayang isna”. Hampir genap satu tahun sudah andi di Australia, selama itu komunkasi antara andi dan isna masih tetap lancar. Sampai pada suatu saat, hampir dua minggu andi tidak mendapat kabar isna, pesan via facebook pun tak kunjung mendapat balasan. Sumpah, andi sangat takut saat itu. Ia takut terjadi sesuatu dengan kekasih hati nya. Bencana tak dapat ditolak andi mendapat kabar dari kakak isna, kalau isna telah meniggalkan andi dan telah hidup di alam lain. Terpukul habis perasaan andi saat itu, ia tidak mengira, ternyata selama ini, isna menyembunyikan tentang keadaan kesehatan nya kepada andi. Isna takut kalau andi sampai tahu malah akan berdampak buruk untuk pendidikan andi yang masih panjang. Keadaan kesehatan isna semakin memburuk sejak andi ke Australia. Satu lagi yang menjadi dasar kekaguman andi terhadap isna, isna tidak pernah mau menyeret seseorang dalam kepedihan hidup yang dihadapi nya. Sosok yang tegar dan istimewa. Andi tak habis pikir dan ia terlarut dalam kesedihannya, ia telah kehilangan sosok yang telah mengubah hidupnya, bukan untuk sementara tapi untuk selama nya. Isna aku harap aku akan bertemu lagi dengan mu nanti di tempat yang penuh kasih sayang untuk orang seperti mu, dan semoga kau lah yang menjadi bidadari ku disurga nanti, doa andi yang terucap dengan keheningan harap. Meninggalnya isna, semakin memacu semangat andi untuk segera menyelesaikan pendidikannya. Ya, tepat dua tahun tiga bulan sudah andi berada di Australia, dan sekarang ia telah menyelesaikan pendidikannya dengan gelar Doktor. Kesedihan kembali melanda andi, karena gelar S2 nya ini ia persembahkan untuk isna, namun sayangnya orang yang penuh kasih dalam hidupnya tersebut sudah pergi dua tahun yang lalu. Namun kenangan antara kedua nya terekam jelas dimemori andi. Andi memutuskan untuk langsung kembali ke tanah air, sesuai janji yang ia telah buat dengan isna dulu, saat sudah selesai nanti dia akan segera kembali ketanah air. Setibanya ditanah air, dan berehat sejenak, rumah pertama yang dikunjungi oleh andi adalah rumah mendiang calon istri nya, isna. Tidak ada lagi senyum manis yang menyambut kedatangan andi, tidak ada lagi orang yang paling gembira saat andi memutusakan untuk berkunjung ke rumah isna, ya saat itu yang menyambut andi hanyalah sebuah foto besar yang terpampang jelas diruang tamu, dengan senyum yang tidak akan pernah lagi andi rasakan keheningannya. Andi di jamu oleh orang tua isna, setelah beberapa saat berbincang, lalu orang tua isna, memberikan secarik surat yang sempat ditulis isna, pada tanggal sepuluh juni sehari sebelum ia meninggal dunia. Surat itu pun telah sedikit kusam karena tersimpan selama kurang lebih dua tahun enam bulan. Andi tak dapat memerintahkan mata nya untuk tidak menangis, ia menangis dengan senyum yang pahit. Untuk andi calon suami ku Maafkan aku jika aku gagal menjadi istri mu Terimakasih dengan kasih yang kau beri ihlas untuk ku selama ini Telah membiarkan aku dalam penjagaan mu, aku nyaman dan aku tenang Sungguh ini bukan kehendak ku, aku merasa aku tinggal sesaat lagi Jangan terlalu bersedih dengan takdir kehidupan ku yang mungkin singkat ini Aku senang, walau hanya sesaat aku bisa mengenalmu,terimakasih Jika hari ini adalah hari kematian ku, maka aku berpesan untuk mu sayang Jangan terlarut dalam kesendirianmu, karena aku tak menghendaki kau sendiri Kau sosok yang baik, maka cari lah sosok yang baik pula. Jika tuhan memberi ku umur sampai besok, aku pun senang Karena aku sempat menulis ini untuk mu, cinta ku. Aku akan tetap hidup dalam hati mu yang penuh cinta Aku sayang kamu andi. Andi benar-benar tidak mengerti kebaikan yang terpancar dari seorang isna, sungguh pribadi yang damai dan tulus. Kehidupan setelah ini akan terasa berat untuk andi, karena mencari sosok yang seperti isna bukanlah hal yang mudah. Andi beruntung sempat menjadi menjadi raja di hati isna, walau sifat nya sesaat. Andi beranjak dari kediaman isna, dan segera menuju rumah akhir dimana seseorang dengan kebaikan hati nya bersemayam disana. Jiwa laki-laki andi benar-benar telah menjadi sangat sensitif, ia kembali meneteskan air mata nya, saat mendapati sebuah nisan bertuliskan “Isna meninggal pada sebelas juni”. Sayang ku aku tak pernah menyangka saat kepulangan ku aku harus melihatmu telah terbaring di sini dengan cinta kita yang tak akan berkahir. Isna, andi sayang isna, berat untuk ku memenuhi permintaan mu itu, karena yang seperti kamu itu Cuma satu. Disini aku akan terus mengenang kisah kita dulu. Mengenang senyum manis mu yang tak akan kulihat lagi. Aku sungguh sangat terpikat dengan sayang mu. Jadi biar kan aku dalam kesendirian ku untuk saat ini. Ucap andi. Sayang ku hidup lah dengan ku di kehidupan ke dua nanti. Aku sayang kamu. Biodata Penulis Nama : Sabirin TTL : Sungai Jaga A, 19 Desemeber 1991 NIM : B41110148 Asal PTN/PTS : Universitas Tanjungpura Alamat PTN/PTS : Jalan Ahmad Yani Pontianak Selatan Alamat Rumah : Jalan Pangeran Nata Kusuma Gg jambi II No. HP : 0856 5416 9903 Email : sabirin_clever@yahoo.com FB : Sabirin Saiga Judul cerpen : Beloved June 11st subhanallah... karya yang menginspirasi semoga bisa diterbitkan dijogja... amiiinnn insyaalaah ana akan bantu kawaann.... :) gud luck...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sobat.. pliss kasi kritik, saran dan komentar...