Slide

Rabu, 23 November 2011

Bukan Di Negeri Dongeng


by Fadhli Abu Seman on Thursday, 19 November 2009 at 15:16
Oleh: Abu Seman Son’s*

hmm kali ini akan berbagi cerita tentang kehidupan di negeri piramid (Mesir) tulisan ini saya ambil(sudah izin lho) hehe mahasiswa Riau yang Belajar di Mesir..
mw tauu?? hmm baca aja sobat... karena banyak hal yang bisa kita ambil....
okeee?


Pagi ini, ketika sedang membereskan kamar, tak sengaja saya temukan kembali kertas soal ujian yang biasa kami (baca: Mahasiswa Al-Azhar) gunakan untuk menjawab pertanyaan dari doktor agar naik ketingkat berikutnya dan lulus bagi teman-teman ditingkat akhir. Hati saya tergerak untuk membacanya kembali. Saya buka dan baca satu persatu, ada soal yang berisi tentang materi Ahwal Syahsiah, yang membuat bola mata saya terbalik ketika ujian itu berlangsung, padahal menurut sebagian teman-teman materi ini adalah salah satu syarat para jejaka yang mau mengakhiri masa lajangnya (berarti yang rasib belum boleh nikah dong?), ada pula soal Ushul Fiqh, materi satu ini adalah hantu versi millennium yang hadir di setiap tingkat fakultas syari’ah, madah ini datang tak di undang tapi kalau saya tidak lulus bisa-bisa saya ditendang (baca: dikeluarkan) na’udzubillah min dzalik, dan yang paling membuat saya jengkel adalah materi Hadist, kelihatan gampang tapi banyak menjerumuskan orang-orang ke lembah "Penyesalan".
***
Waktu setahun terasa sebulan, Sebulan terasa seminggu, Seminggu terasa sehari begitulah selanjutnya, sungguh… waktu terasa singkat ketika masa itu telah terlewati, ia akan disadari ketika telah berlalu tanpa atsar atau harapan.

Disadari atau tidak, sebentar lagi ujian akan kembali menyapa, padahal baru kemaren saya menangisi hasil ujian yang membuat saya depresi dan stress. Ujian kan menjelma lagi dengan beragam versi, menyapa dengan senyum manis ketika kesiapan benar-benar teruji kematangannya, namun akan beraut bengis kala sang mahasiswa memiliki kesiapan yang minimal, wajah natijah sangat berpengaruh dengan usaha si mahasiswa, Najah dan rekan sejawatnya si Rasib adalah hasil akhir studi di Al-Azhar, ia bukan hadir di dunia dongeng tapi perlu diingat kitalah sebagai aktor film tersebut.

Bagi rekan-rekan yang sedang mampir di negeri rasib, anda jangan khawatir, karena sadarilah! itu adalah cambuk geliat buat anda agar bisa melompat lebih tinggi, dan jangan sampai anda terlena dan tertidur di neraka ini. Perlu diingat, anda ke Kairo bukan untuk itu. Sekedar me-review kembali untuk anda yang mungkin sedang berfantasi di neraka, agar bangun karena anda di tuntut melanjutkan perjalanan ke pulau impian (baca: Najah). Berikut tips dari penulis bagi rekan-rekan yang ingin bergabung ke pulau impian agar senantiasa optimis melihat masa depan:

1. Harus bisa sabar

Jalan terbaik ketika tertimpa musibah adalah sabar, karena sabar dapat melahirkan sifat lapang dada dan jiwa besar sehingga ketika rasib menimpa seseorang, hal itu tidak membuatnya jatuh tersungkur hingga mati terkubur, akan tetapi membuat dirinya kembali bangkit seperti halnya karet yang ditarik keras lalu dilepas, pasti akan menghasilkan energi besar untuk terbang jauh, karena ia menilai rasib adalah “alat pegas” untuk bisa melompat lebih tinggi. Buat yang gemar bersedih, ketahuilah bahwa sebesar apapun energi yang anda kerahkan untuk menangis sekali-kali tidak akan mengubah nasib anda, percaya atau tidak yakinlah Allah punya rencana yang berbeda dengan skenario kita. Ali bin Jublah berkata dalam bait-bait syairnya. "Semoga jalan keluar akan terbuka, mencari hikmah di balik kata “semoga”, janganlah berputus asa andai kecemasan mencengkeram jiwa, jalan terdekat datangnya harap saat diri berputus asa".

2. Mendiagnosa “ Mengapa aku Rasib?”
Memang hanya segelintir pribadi yang mengakui bahwa kesalahan itu bemuara dari dirinya sendiri, kita kurang mencermati dengan seksama hal yang membuat kita gagal, harusnya hal tersebut dijadikan sebagai barometer kita untuk melangkah kedepan, dari hal yang kecil hingga hal yang mendasar, seperti frekwensi belajar yang kurang maksimal, lemahnya spritual di saat ujian, kesalahan-kesalahan kecil di saat ujian (salah penulisan nama atau nomor induk), hal-hal ini tentu sangat berpengaruh. Oleh karena itu, sangat perlu mendiagnosa langkah setelah terjerat ke dalam lubang dan menganalisa kembali kesalahan lampau serta menutupinya untuk masa mendatang, insya Allah ujian berikutnya akan dihadapi dengan hati tenang.

3. Challanger (perencanaan, pengambilan keputusan juga mengkalkulasi faktor resiko)
Seluruh dunia seakan terpana menyaksikan peluncuran pesawat ulang-alik Challanger (tantangan) pada tanggal 28 Januari 1987 dari pangkalan USA. Di tengah keterpanaan banyak orang itulah, diambil sebuah keputusan, roketpun meluncur. Namun tidak sampai 2 menit paska peluncuran, roket tersebut berubah menjadi kepingan tanah. Seluruh penumpang yang berjumlah tujuh orang tewas seketika tak bersisa.
Opini saat ini menyebutkan, bahwa penyebab terjadinya ledakan adalah bocornya saluran bahan bakar. Akan tetapi penyebab sebenarnya adalah kegagalan di dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan mengkalkulasi faktor resiko. Anehnya, sepanjang perjalanan sejarah, tak seorang pun yang mencermati pentingnya manajemen dalam kegiatan seperti itu. Ini adalah bukti kekaguman terhadap IPTEK! Sehingga, petaka pun datang tak dapat dihadang. Alhasil, telunjuk pun di arahkan pada kepala manajemen dan para pengambil keputusan.
Ujian akan menghampiri Masisir, kata “belajar, belajar dan belajar!” Tanpa manajemen yang tertata ujian sangat berpotensi gagal. Menata manajemen sebelum ujian sangat penting, seperti mengatur jarak waktu belajar sebelum ujian dengan mengatur kadar kemampuan serap kita, memperbanyak diskusi dengan rekan-rekan setingkat tentunya, atau bertanya kepada kepada seseorang yang kita anggap pintar dalam penguasaan materi tertentu, usaha tersebut tentu sedikit banyak akan membantu proses pemahaman dalam menganalisa muqarrar. Sistem Kebut Semalam (SKS) bukanlah salah satu alternatif manajemen yang ideal apalagi seseorang tersebut menyadari kalau dirinya tidak bisa dipaksakan dalam waktu singkat, sehingga akan berakibat tekanan untuk segera menyelesaikan pekerjaan (baca: Belajar). Dr. Akram Ridha menegaskan “Tidak diambilnya keputusan dalam kondisi tertentu dianggap sebagai keputusan.” Dan saya tegaskan pada anda untuk kedua kalinya, “tahan tangan anda sebelum menekan tombol penyesalan! Karena perahu anda akan hancur berkeping-keping.”

4. To be a more for getting The Best (Al-Afdhal)

Anda pernah bermimpi mendapat prediket Mumtaz dari tingkat 1 hingga tingkat 4 bahkan sampai S3?, kemudian anda mendapat kehormatan di strata sosial, memperoleh income di atas kebutuhan, mendapatkan isteri yang shalehah, memiliki keturunan yang shaleh-shalehah. Semua akan tercapai ketika kita berpikir dan bergerak untuk lebih baik. Maksimalkan seluruh potensi, kerahkan semua energi, lejitkan kemampuan diri, yakinlah anda akan menjadi The Best, sesuai harapan dan keinginan anda. Hal yang perlu di ingat! yang menjadi masalah terbesar adalah ketika kita ingin menjadi sosok terbaik namun usaha kita jauh dari kata itu bahkan sangat bertolak belakang.

5. Siap Menanggung Resiko (El-Mukhatir)

Menjadi Soni’ul Qarar atau pembuat keputusan yang berhasil, dibutuhkan satu unsur lagi yang tidak kalah penting. Unsur itu terkait dengan kenyataan, bahwa di dalam setiap keputusan terdapat sekian persen resiko yang harus ditanggung. Orang yang tidak memiliki kesiapan menanggung resiko selamanya tidak akan pernah berhasil dalam mengambil keputusan. Bahkan seseorang yang tidak memiliki keinginan untuk menghadapi resiko dalam membuat keputusan yang salah, maka dia selamanya tidak akan mungkin mampu membuat keputusan yang benar.
Kesiapan menanggung resiko ketika belajar memakai sistem SKS, kesiapan menanggung resiko ketika belajar menggunakan metode yang sesuai dengan kemampuan diri, atau sama sekali tidak menyentuh buku ketika hari-hari menjelang ujian, tentu masing-masing memiliki resiko yang berbeda. Sebenarnya skenario akhir usaha, kita sendiri yang mengkonsep, resiko getir atau manis kita juga konseptornya, yang menjadi kendala terbesar dalam hal ini adalah ketika kita tidak berani menanggung resiko setelah kita berani merumuskannya. Satu hal yang tidak boleh terlupakan ketika konsep kita bertolak belakang dengan realita, Sadarilah bahwa ada konseptor lain yang lebih tahu tentang hal-ihwal kita. Wallahu’alam.

6. Penjara Zanda

Dikisahkan, seorang pangeran ditawan musuh-musuhnya di atas menara sebuah benteng tersembunyi yang tingginya mencapai 20 meter. Sementara istrinya selalu mengajaknya bercengkrama dari bawah menara, Ia melongok dari jendela di atas ketinggian.
Suatu hari, sang pangeran melemparkan kertas ke arah istrinya yang bertuliskan,”Bawakan untukku semua yang tertulis dalam kertas ini!”
Adapun yang dimintanya antara lain:
Benang sutera yang halus panjangnya 25 meter.
Benang katun yang panjangnya 25 meter.
Benang linen yang panjangnya 25 meter.
Tambang yang panjangnya 25 meter.
Wadah yang berisikan madu
Dan, kumbang besar.
Tidak lama kemudian, sang istri sudah membawa seluruh permintaannya. Perempuan itu berdiri di bawah menara, mendengar instruksi selanjutnya. Sang pangeran berkata, “sekarang, ikatkan benang sutera yang halus di kaki kumbang tersebut di dinding menara dengan kepala di atas.”
Sudahkah anda tahu kelanjutan kisahnya? Ataukah mau penulis meneruskannya? Penulis bisa meneruskan kisah tersebut buat anda. Tetapi sebelum itu, ingin penulis katakan pada anda, bahwa berpindahnya madu merupakan tujuan yang membuat kumbang melakukan sesuatu agar bisa mencapainya. Keinginannya tergerak, dan dengan cepat ia bergegas naik ke atas. Selama yang menjadi tujuan ( tetesan madu) masih bisa tercium baunya oleh kumbang, juga dirasa dekat, pastilah perjalanan sejauh 25 meter menjadi bagian terindah dalam hidupnya.
Dr, Akram Ridha menyebutkan di dalam bukunya Bila Nadam Silsilatu al-Idrati al-Dzat jilid 2, “Sekarang, tahukah anda maksud dan tujuan yang diinginkan? Itulah cita-cita (baca: najah). Dan, belajar dengan maksimal merupakan jalan untuk mencapai tujuan yang di maksudkan.”

***
paman  fadhli,
biasa dipanggil paman amat.
mahasiswa Riau yg belajar diMesir
sudah lama ane gag ketemu dia...






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sobat.. pliss kasi kritik, saran dan komentar...